peran indonesia untuk menghadapi globalisasi di kawasan asia tenggara adalah
dinamikaekonomi di kawasan ini yang menjadi jalur bagi 70 persen lalu lintas perdagangan dunia laut Indonesia dalam hal ini adalah TNI AL untuk menjadi pemain kunci yang dihormati di kawasan Indo-Pasifik (Liow & Shekhar, 2014). terlibat dalam perdagangan maritim di Asia Tenggara yang pasang surut karena bergantinya dinasti (Anh, 1996
ASEANyang Berdaya Tahan, Inklusif, Berorientasi Pada Rakyat, dan Berpusat Pada Rakyat. Memperkuat Peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Memperkuat Peran Sektor Swasta. Kemitraan Publik-Swasta. Mengurangi Kesenjangan Pertumbuhan. Kontribusi Pemangku Kepentingan Dalam Upaya Integrasi Kawasan.
MEAatau Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah bentuk sistem perdagangan bebas antara negara-negara di kawasan ASEAN (Asia Tenggara). Perdagangan bebas MEA baru akan ditetapkan pada tahun 2015. Peran Profesi Kependidikan dalam Menghadapi MEA. Perusahaan mempunyai kebebasan untuk memilih lokasi pendirian pabrik dan kantor
Upayabangsa Indonesia dalam menghadapi globalisasi adalah dengan cara: Mencintai produk-produk dalam negeri Menyaring budaya asing sesuai dengan panduan nilai, norma, dan keyakinan agama Memprioritaskan pemulihan ekonomi Meningkatkan daya potensi nasional Memahami dan melaksanakan nilai-nilai kebangsaan dan pancasila dengan baik
Menghadapitantangan keamanan maritim di kawasan Asia Pasifik, Indonesia mempunyai posisi utama untuk menjadi penyeimbang diantara kekuatan-kekuatan besar yang bersaing di kawasan Asia Tenggara dan Asia Pasifik. Indonesia perlu pembangunan kekuatan maritim dengan membentuk dua armada baru untuk mendukung dua armada yang sudah ada,
Deutsche Frauen In Der Schweiz Kennenlernen. - G20 atau Group of Twenty 20 adalah forum internasional yang dibentuk pada 26 September 1999. Forum ini sebagai wadah untuk mendiskusikan kebijakan terkait stabilitas ekonomi global. G20 memiliki 20 anggota negara, yaitu Argentina, Australia, Brasil, Kanada, China, Perancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni sendiri telah menjadi anggota G20 sejak 1999. Keanggotaan ini berdasarkan sejumlah pertimbangan, seperti pengalaman Indonesia mengatasi krisis ekonomi di Asia pada akhir 1990-an dan resiliensi dalam menghadapi krisis ekonomi global pada 2008. Selain itu, posisi Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia dengan penduduk mayoritas Muslim, negara dengan jumlah populasi terbanyak keempat, dan sebagai pemimpin di ASEAN. Lantas, apa peran Indonesia dalam G20?Baca juga G20 Sejarah, Tujuan, dan Peran Indonesia Mewakili Asia Tenggara Pada 1997-1998, Indonesia mengalami krisis hebat yang membuat kondisi perekonomian karut-marut. Satu tahun setelahnya, Indonesia dalam tahap pemulihan dan dinilai sebagai emerging economy yang berpotensi sangat besar di kawasan Asia. Oleh sebab itu, Indonesia masuk dalam G20 pada 1999 sebagai wakil dari negara berkembang di kawasan Asia Tenggara. Hingga saat ini, Indonesia merupakan satu-satunya anggota G20 dari Asia Tenggara atau ASEAN.
DINAMIKA geopolitik yang rumit di Asia-Pasifik, yang ditandai dengan meningkatnya persaingan strategis antara China dan Amerika Serikat AS, menjadi perhatian penting Indonesia. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan dengan jumlah penduduk terpadat keempat di dunia, Indonesia yang terletak secara strategis di antara Samudra Hindia dan Pasifik, merupakan pemain penting dalam perimbangan kekuatan di kawasan ini. Indonesia secara historis menganut kebijakan luar negeri 'bebas dan aktif'. Meningkatnya persaingan antara negara adidaya AS dan China telah menempatkan Indonesia pada posisi genting. Selama beberapa dekade, Indonesia mempertahankan hubungan yang secara umum harmonis dengan China dan AS. Indonesia menerima investasi dan bantuan dari keduanya sambil berkolaborasi di berbagai sektor seperti perdagangan, pendidikan, dan juga G7 Peringatkan China atas Kegiatan Militerisasi di Kawasan Asia-Pasifik, tapi... Indonesia biasanya menahan diri untuk tidak memihak dalam sengketa teritorial Laut China Selatan, meskipun Indonesia menghadapi tantangan dengan China di perairan dekat Kepulauan Natuna. Persaingan strategis antara AS dan China di Asia-Pasifik memperkenalkan dinamika baru. Pendekatan proaktif China, menggunakan latihan militer bersama sebagai alat kebijakan luar negeri, menandakan pergeseran lanskap geopolitik regional. China bertujuan untuk memperkuat hubungannya dengan negara-negara tetangga melalui latihan-latihan itu, untuk melawan ekspansi militer AS. Strategi itu mencakup negara-negara seperti Kamboja, Laos, Malaysia, Thailand, dan Vietnam, yang masing-masing sangat penting dalam strategi regional China yang lebih luas. Namun, penting untuk diketahui bahwa Indonesia tetap tidak terlibat dalam latihan militer bersama itu, baik dengan China maupun AS. Netralitas itu menggarisbawahi kebijakan luar negeri Indonesia yang 'bebas dan aktif', yang telah menjadi ciri khas sejak kemerdekaannya. Pandangan ASEAN dan Ketegangan di Kawasan Selain itu, meskipun Indonesia terlibat dalam latihan militer bilateral dengan AS dan China, Indonesia secara konsisten menolak aliansi atau blok militer formal apapun. Indonesia lebih memilih untuk memperkuat hubungan diplomatik melalui organisasi-organisasi seperti Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara ASEAN. Meningkatnya persaingan dan kehadiran militer yang meningkat di kawasan tentu saja menimbulkan kekhawatiran bagi Indonesia. Sebagai anggota kunci ASEAN, Indonesia berkepentingan untuk mempertahankan sentralitas kelompok ini dalam arsitektur keamanan regional dan memastikan bahwa kawasan ini tetap bebas dari dominasi kekuatan eksternal. Prinsip ASEAN untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain dan penyelesaian sengketa secara damai merupakan nilai-nilai yang diprioritaskan Indonesia. Dalam konteks ini, Indonesia lebih memilih "kerja sama Indo-Pasifik" daripada "persaingan Indo-Pasifik." Itu sebuah pendekatan yang memandu navigasi melalui perubahan geopolitik yang sedang berlangsung. Preferensi tersebut terlihat jelas dalam upaya Indonesia mempromosikan Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik, yang menekankan inklusivitas, kerja sama, dan tatanan berbasis aturan, yang bertentangan dengan persaingan kekuatan besar. Pergeseran dinamika lanskap keamanan Asia-Pasifik, yang diakibatkan persaingan strategis antara China dan AS, menimbulkan tantangan yang signifikan bagi Indonesia. Selain berusaha untuk menyeimbangkan hubungannya dengan kedua negara adidaya tersebut, Indonesia juga bertujuan untuk mempertahankan sentralitas dan persatuan ASEAN di tengah tekanan yang meningkat. Baca juga Transformasi Ekonomi China dan Implikasinya di Asia Pasifik Indonesia, dan bisa dibilang negara-negara anggota ASEAN lainnya, tidak berfokus pada pemilihan sisi, tetapi pada pengembangan tatanan regional yang terbuka, inklusif, dan berbasis aturan. Pendekatan ini menekankan koeksistensi dan kerja sama yang damai di atas persaingan dan konflik. Meningkatnya ketegangan dan persaingan di kawasan ini semakin menggarisbawahi perlunya negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, memajukan Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik. Kerangka kerja ini mendorong dialog dan kerja sama, pendekatan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi ketegangan yang mengimplementasikan Pandangan ASEAN merupakan suatu tantangan. Perbedaan perspektif dan kepentingan di antara negara-negara anggota dan tekanan dari negara-negara besar dapat menghambat kemajuannya. Ketika China meningkatkan latihan militer bersama dengan negara-negara Asia Tenggara dan AS meningkatkan kehadiran militernya di Asia Pasifik, persaingan strategis antara kedua negara adidaya ini berpotensi memecah belah kawasan ini. Perpecahan ini dapat memaksa negara-negara untuk memilih sisi, sebuah situasi yang ingin dihindari Indonesia dan ASEAN, dengan komitmen lama mereka terhadap netralitas dan perdamaian. Karena itu, Indonesia bertujuan untuk mempromosikan kawasan Indo-Pasifik yang kooperatif dan inklusif di mana kepentingan semua negara, baik besar maupun kecil, dihormati dan dipertimbangkan. Strategi ini termanifestasi dalam kebijakan luar negeri dan upaya diplomatik Indonesia. Sebagai contoh, Indonesia telah mengadvokasi penyelesaian sengketa Laut China Selatan melalui dialog berdasarkan hukum internasional, khususnya Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB. Indonesia juga memainkan peran utama dalam menyusun Pandangan ASEAN mengenai Indo-Pasifik, yang menekankan sentralitas ASEAN, inklusivitas, penghormatan terhadap hukum internasional, serta mendorong kerja sama dan dialog untuk mengatasi konflik dan perpecahan. Tantangan dan Peluang Peran Indonesia sebagai mediator dan pembangun konsensus sangat penting dalam menghadapi persaingan strategis yang semakin meningkat antara AS dan China. Sebagai negara dengan perekonomian terbesar dan terpadat di Asia Tenggara, Indonesia memiliki pengaruh yang cukup besar di ASEAN dan kawasan yang lebih luas. Selain itu, komitmen Indonesia untuk hidup berdampingan secara damai dan non-blok memungkinkan Indonesia untuk bertindak sebagai perantara yang jujur, membantu mengurangi ketegangan dan mempromosikan dialog. Pada saat yang sama, meningkatnya persaingan antara AS dan China menempatkan Indonesia pada posisi yang menantang. Indonesia harus mengelola hubungan ekonominya dengan China, salah satu mitra dagang terbesar dan sumber utama investasi, sambil mempertahankan kerja sama keamanan dengan AS, yang merupakan mitra strategis yang signifikan. Menciptakan keseimbangan antara kedua negara adidaya ini sambil mempertahankan otonomi dan melindungi kepentingan nasionalnya merupakan pekerjaan rumah bagi Indonesia. Namun demikian, strategi diplomatik Indonesia dalam dilema ini jelas Indonesia terus memperkuat hubungannya dengan kedua negara adidaya tersebut sambil menghindari menjadi pion dalam persaingan mereka. Strategi ini terlihat dari keputusan Indonesia untuk terus menerima investasi China untuk pembangunan infrastruktur dan menyambut investasi AS di sektor-sektor lain, seperti teknologi dan energi. Demikian juga, Indonesia mempertahankan kerja sama keamanan dengan AS sambil melakukan keterlibatan militer-ke-militer dengan China. Selain itu, Indonesia terus memperkuat perannya di ASEAN dan mendukung sentralitas kelompok ini dalam tatanan regional. Indonesia percaya bahwa ASEAN yang bersatu dan kohesif dapat memainkan peran penting dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan, terlepas dari persaingan strategis antara AS dan China. Posisi ini juga sejalan dengan visi Indonesia yang lebih luas untuk menjadi poros maritim global, yang membayangkan negara ini sebagai aktor penting dalam domain maritim yang menghubungkan Samudra Hindia dan Pasifik. Singkatnya, persaingan strategis antara AS dan China di Asia-Pasifik menghadirkan tantangan dan peluang bagi Indonesia. Meskipun hal ini meningkatkan tekanan geopolitik Indonesia, hal ini juga memberikan peluang bagi Indonesia untuk memperkuat peran diplomatiknya dan menegaskan kepentingannya dalam tatanan regional. Pada akhirnya, keberhasilan strategi Indonesia akan bergantung pada kemampuannya untuk menjaga keseimbangan terlibat secara konstruktif dengan kedua negara adidaya, memperkuat ASEAN, dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip hidup berdampingan secara damai dan non-blok. Ke depan, peran Indonesia dan ASEAN dalam menjaga stabilitas regional menjadi lebih penting dari sebelumnya. Di tengah-tengah meningkatnya persaingan antara AS dan China, ASEAN harus memastikan bahwa ASEAN tetap menjadi medan persaingan kekuatan besar. Sebaliknya, ASEAN harus memanfaatkan posisinya untuk mempromosikan tatanan regional yang damai, kooperatif, dan inklusif. Menavigasi arus geopolitik yang bergeser ini akan membutuhkan manuver yang cermat dari Indonesia dan aktor-aktor regional lainnya. Masa depan masih belum pasti, dan bagaimana keseimbangan yang genting ini akan bertahan di tahun-tahun mendatang masih harus dilihat. Satu hal yang jelas, persaingan strategis antara China dan AS akan terus membentuk lanskap geopolitik di kawasan Asia Pasifik. Karena itu, Indonesia dan mitra-mitra regionalnya harus siap untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan ini, dengan tetap menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebijakan luar negeri yang bebas, aktif, dan non-blok. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Seperti yang kita tahu bahwa, Indonesia berperan aktif dalam berbagai organisasi di kawasan Asia Tenggara, contohnya seperti Organisasi Asean. Gedung sekretariat Association of southeast asian nations berada di Dki jakarta, dari gedung tersebut mulailah sepak terjangnya gerak langkah semua negara – negara kawasan Asia Tenggara dengan organisasi ASEAN dimonitor dan dikoordinasikan sekaligus. Sekretariat Asean didirikan pada tahun 1973, pada saat diadakannya pertemuan menteri luar negeri di Pataya, Thailand. Berikutnya pembentukan panitia, anggota panitia ini terdiri atas para pejabat tinggi Asean yang kemudian hasil rumusan panitia tersebut diperbaiki dan disempurnakan dalam sidang menteri luar negeri negara ASEAN di Kuala Lumpur pada tahun 1975. Selanjutnya, hasil rumusan sidang Kuala Lumpur di bawa ke sidang KTT Asean pertama yang dilaksanakan di Bali tahun 1976 untuk disahkan. Hasil dari sidang KTT Asean yang pertama adalah Understanding of the Establishment of the Asean Secretariat. Secara resmi sejak tanggal vii Juli 1976, sekretariat Association of southeast asian nations berfungsi. Bukan hanya di organisasi Asean saja Bangsa Indonesia berperan aktif, akan tetapi masih banyak lagi ikatan Bangsa Republic of indonesia di berbagai organisasi dunia. Peran Indonesia di Asia Tenggara di Luar Keanggotaan ASEAN 1. Sebagai anggota aktif SEAMEO South East Asian Government minister of Education Organiziation ii. Sebagai pasukan perdamaian PBB di Vietnam3. Sebagai Pemrakarsa Penyelesaian Konflik di Kamboja4. Sebagai Pasukan Perdamaian PBB di Kamboja5. Sebagai Penengah Penyelesaian Masalah Moro di Indonesia Untuk Menghadapi Globalisasi Di Kawasan Asia Tenggara Adalah Peran Indonesia di Asia Tenggara di Luar Keanggotaan ASEAN Bangsa Indonesia mempunyai ikatan regional sebagai salah satu anggota organisasi ASEAN di Asia Tenggara. Indonesia juga merupakan bagian dari masyarakat dunia Internasional. Oleh sebab itu, Indonesia memiliki peran yang besar di lingkungan berbagai negara Asia Tenggara terkadang tidak dibawah bendera suatu organisasi ASEAN. Peranan Indonesia diluar keanggotaan ASEAN, antara lain sebagai berikut 1. Sebagai anggota aktif SEAMEO South East Asian Government minister of Education Organiziation SEAMEO S East Asian Minister of Education Organiziation merpakan suatu organisasi berbagai menteri pendidikan Asia Tenggara. Organisasi tersebut dirintis sebelum didirikannya organisasi Asean. Tujuan dari didirikannya organisasi SEAMEO antara lain untuk meningkatkan kerja sama secara regional kawasan Asia Tenggara dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, serta kebudayaan. Pada tahun 1974 organisasi SEAMEO beranggotakan para menteri pendidikan dari dalam negeri kawasan asia tenggara. Masing-masing dari perwakilan negara tersebut adalah Indonesia, Republik Khamer sekarang menjadi Kamboja , Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam Selatan Sekarang Republik Vietnam. Selain negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, organisasi tersebut juga memiliki tiga anggota dari negara lain antara lain, Prancis, Australia, dan Selandia Baru. Sekretariat dari organisasi SEAMEO berada di Bangkok. Setelah Republik Vietnam Vietnam Selatan dikuasai oleh Vietnam Utara bersatu menjadi Republik Sosialis Vietnam , demikian dengan Laos dan Kamboja, ketiga negara tersebut tidak aktif lagi dalam berbagai kegiatan organisasi SEAMEO. Berbagai kegiatan dari organisasi SEAMEO dilaksanakan melalui berbagai plan yang berpusat pada Regional Centres, antara lain sebagai berikut Regional Centre for Tropical Biology BIOTROP , berkedudukan di Bogor, Indonesia. Regional English Language Middle RCL , di Singapura Regional Centre for Educational Innovation and Engineering INNOTECH , berada di Bangkok awalnya di Saigon, Vietnam . Regional Center for Educational Science and Mathematics RECSAM berada di Penang, Malaysia. Regional Heart for Gradute Study and Reserch in Agri SEARCA , berada di Los Banos, Filipina. ii. Sebagai pasukan perdamaian PBB di Vietnam Pada saat perang saudara di Vietnam mulai merajalela yang sudah berlangsung selama 30 Tahun. Berdasarkan keputusan persetujuan di Paris, pada tahun 1973 dibentuknya komisi pengontrol perdamaian di bawah PBB yang bernama ICCS International Commision of Commission of Control and Supervision . Komisi tersebut beranggotakan empat negara, antara lain sebagai berikut Hongaria, Indonesia, Kanada, dan Polandia. Komisi tersebut dibentuk dengan tujuan untuk mengawasi adanya pelanggaran perdamaian yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Dalam hal ini Indonesia berperan sebagai pengirim pasukan perdamaian, pada saat itu pasukan yang dikirimkan oleh Indonesia bernama Pasukan Garuda IV, V, VI, serta Seven. Pasukan Garuda Iv dipimpin oleh H. R. Dharsono dengan ketua kontingennya bernama Brigadir Jenderal Wiyogo yang bertugas mulai dari bulan Januari hingga Juli tahun 1973. Selanjutnya berurutan Pasukan Garuda Five, VI, dan Vii yang menggantikan pasukan sebelumnya hingga tahun 1975, ketika seluruh wilayah Vietnam dikuasai oleh Vietnam Utara Vietkong . 3. Sebagai Pemrakarsa Penyelesaian Konflik di Kamboja Terjadinya konflik di Kamboja disebabkan oleh penduduk tentara Vietnam yang berada di Kamboja sejak tahun 1979. Pada tahun 1987 Menteri Luar Negeri Republic of indonesia Mochtar Kusumaatmadja serta Menteri Luar Negeri Republik Sosialis Vietnam Nguyen Co Thach menandatangani suatu persetujuan, yang isinya adalah mengenai pertemuan breezy antara pihak yang bertikai di Kamboja. Pertemuan yang bersifat informal tersebut sudah dilaksanakan, dan selanjutnya dikenal dengan nama JIM Jakarta Informal Meeting . JIM I dilaksanakan di Bogor, pada tanggal 25 – 28 Juli 1988, dan JIM 2 juga dilaksanakan di Bogor, pada tanggal 11 Februari 1989. Pada konflik yang sama di Kamboja, Bangsa Indonesia juga terpilih menjadi wakil dalam pertemuan Paris untuk Kamboja pada bulan Oktober tahun 1991 dengan hasil yang penting dari pertemuan tersebut yakni sebuah perjanjian damai untuk Kamboja. 4. Sebagai Pasukan Perdamaian PBB di Kamboja Satu tahun setelah diadakannya perjanjian damai untuk Kamboja tercapai, Bangsa Republic of indonesia terpilih kembali sebagai pasukan perdamaian atas nama PBB di Kamboja. Hal tersebut terjadi pada tahun 1992. Pasukan perdamaian tersebut dikenal dengan nama Pasukan Garuda XII. Selain sebagai pengawas perdamaian, Pasukan Garuda juga memiliki tugas untuk mengawasi berlangsungnya pemilihan umum di Kamboja. 5. Sebagai Penengah Penyelesaian Masalah Moro di Filipina. Moro adalah sebuah nama masyarakat suku yang telah menempati Pulau Mindanao, yang merupakan wilayah bagian selatan negara Filipina. Sudah cukup lama suku Moro ingin memisahkan diri dari negara Filipina. Gerakan suku Moro yang berusaha untuk memisahkan diri negar Filipina tersebut dinamakan dengan MNLF Moro National Liberation Front Gerakan suku Moro tersebut yang menyebabkan persengketaan yang tidak pernah reda. Pada tahun 1993 Organisasi Konferensi Islam OKI menunjuk Indonesia sebagai ketua Komite untuk menyelesaikan persengketaan yang terjadi di Filipina. Terjadinya perundingan antara pemerintahan Filipina dan MNLF Moro National Liberation Front tersebut terjadi antara tahun 1993 – 1996 dan dilaksanakan sebanyak lima kali pertemuan. Pertemuan tersebut dilaksanakan di Cipanas satu kali pertemuan , dan di Djakarta empat kali pertemuan . Pada perundingan di Jakarta yang keempat dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 1996, merupakan penandatangan Perjanjian Damai dengan para wakil dari pemerintahan Filipina oleh T. Yan dari MNLF diwakili oleh Misuari serta dari Republic of indonesia diwakili oleh Ali Alatas Menteri Luar Negeri . Referensi Mestoko, Sumarsono, 1985. Republic of indonesia dan Hubungan Antarbangsa, cetakan kedua, Jakarta Penerbit Sinar Harapan. Gill, Ranjit, 1988. ASEAN alih bahas Sonya Sondakh , cetakan pertama. Dki jakarta PT Gramedia. *Penulis Femi Ardiani Materi lain Perjuangan Mengatasi Ancaman Disintegrasi Bangsa Kedudukan Perwakilan Diplomatik Indonesia Perjanjian Internasional yang Dilakukan Indonesia
Kronologi ASEAN Sejak berdiri pada 8 Agustus 1967 peran ASEAN terus berkembang. Organisasi ini didorong menjadi wadah untuk meningkatkan kerja sama dalam menangani berbagai persoalan di kawasan Asia Tenggara. Jumat, 7 Agustus 2020 061848 WIBKamis, 1 October 2020 210530 WIB KOMPAS/ALIF ICHWAN KTT ASEAN ke-25 di Nay Pyi Taw, Myanmar, resmi dibuka 12/11/2014. Presiden Myanmar U Thein Sein sebagai tuan rumah sekaligus ketua ASEAN. Hadir dalam pertemuan seluruh pemimpin negara [...] Artikel Terkait Kronologi Lainnya
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Di zaman sekarang pengaruh besar dari globalisasi hampir tidak bisa dihindari. Pada dasarnya globalisasi membuat lingkup dunia semakin sempit. Hal ini berarti jangkauan segala informasi sangat efisien untuk bisa diperoleh dengan mudah. Globalisasi memberikan pengaruh di berbagai aspek, sebagai contoh adalah aspek ekonomi. Dengan adanya globalisasi pada proses ekonomi tentu mengalami dampak yang sangat signifikan dalam perekonomian dunia. Lalu bagaimana proses globalisasi ekonomi itu ?Globalisasi ekonomi merupakan sebuah proses dimana ekonomi terintegrasi ke seluruh dunia. Ekonomi yang dipengaruhi oleh globalisasi mengakibatkan adanya pembauran proses ekonomi mulai dari tingkat nasional hingga internasional. Pada dasarnya globalisasi membentuk sebuah ruang yang mempermudah berbagai negara untuk saling terintegrasi. Dengan adanya globalisasi pada sistem ekonomi maka aktivitas perekonomian dapat dijangkau dengan mudah dari satu negara ke negara lainnya. Globalisasi pada ekonomi membuat aktivitas perdagangan internasional semakin meningkat dan bebas. Hal ini membuat maraknya persaingan antar negara dalam aktivitas perdagangan internasional yang akan memiliki pengaruh pada laju ekonomi suatu negara. Turut sertanya globalisasi pada proses ekonomi akan meminimalisir rintangan dan batasan yang menghambat aktivitas perekonomian. Globalisasi ekonomi memberikan warna baru bagi beberapa negara dalam menjalankan aktivitas perekonomiannya. Negara yang terindikasi mengalami globalisasi ekonomi terlihat dari beberapa kriteria. Berikut merupakan beberapa kriteria negara yang mengalami globalisasi ekonomiPenggunaan teknologi sebagai alat bantu dalam menunjang aktivitas pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dengan adanya teknologi dapat mempermudah negara dalam melakukan aktivitas perekonomiannya. Sebagai contoh yaitu penggunaan teknologi komunikasi seperti internet untuk membantu aktivitas perekonomian yang lebih interaksi yang cukup intens antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan globalisasi ekonomi membuat ruang lingkup negara semakin terasa dekat. Hal ini membuat interaksi lintas negara dapat dengan mudah terjadi dan mempermudah aktivitas ketergantungan produksi pada komoditas-komoditas tertentu dari berbagai negara di dunia yang merupakan dampak dari perdagangan persoalan global yang menyangkut aktivitas perekonomian dunia. Dengan adanya globalisasi tidak jarang dapat menimbulkan efek negatif yang ditandai dengan munculnya permasalahan ekonomi. Sebagai contoh persoalan seperti resesi, krisis, dan lain seluruh masyarakat dunia mengalami globalisasi ekonomi, hal ini juga termasuk wilayah Asia Tenggara. Wilayah Asia Tenggara banyak dihuni oleh negara yang dikategorikan sebagai negara berkembang. Dengan adanya globalisasi ekonomi setiap negara di Asia Tenggara harus siap menghadapi arus globalisasi yang berdampak pada sektor ekonomi. Lalu apakah dengan adanya globalisasi ekonomi pada wilayah Asia Tenggara akan menjadi potensial atau justru tantangan ?Dalam menghadapi arus perkembangan globalisasi yang semakin dinamis, negara-negara di Asia tenggara harus siap dengan setiap resiko yang ada. Globalisasi ekonomi bisa menjadi potensi untuk negara dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Disisi lain globalisasi ekonomi juga dapat menjadi sebuah tantangan bagi negara dalam mempertahankan eksistensinya pada perekonomian karena semakin bebasnya perdagangan internasional. Pada dasarnya sikap yang diambil oleh negara lah yang menjadi penentu apakah globalisasi ekonomi dapat menjadi potensial atau justru tantangan. Wilayah Asia Tenggara sendiri memiliki asosiasi yang menaungi persoalan geopolitik dan ekonomi yaitu ASEAN. Dalam meningkatkan kerjasama ekonomi antar wilayah Asia Tenggara ASEAN membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA. Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan wadah bagi anggota ASEAN dalam membangun kawasan ekonomi terintegrasi. Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN ini juga sebagai bentuk dari adanya pengaruh globalisasi ekonomi. Masyarakat Ekonomi ASEAN memiliki tujuan menciptakan persatuan ekonomi Asia Tenggara yang memiliki daya saing serta mempercepat laju pertumbuhan ekonomi membentuk sebuah ruang yang mempermudah berbagai negara untuk saling terintegrasi. Dalam hal ini Masyarakat Ekonomi ASEAN memiliki misi untuk mengintegrasi ekonomi kawasan Asia Tenggara dengan kawasan global. Misi ini juga sebagai bentuk dari peningkatan peran negara-negara Asia Tenggara di dalam ekonomi global. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
peran indonesia untuk menghadapi globalisasi di kawasan asia tenggara adalah